Sejarah Logandu

Sumber: Susmaji

Desa Logandu memiliki sejarah unik yang tercermin dalam tradisi pemakamannya. Masyarakat setempat percaya bahwa ketika seseorang meninggal, arwahnya masih membutuhkan tempat yang layak untuk “beristirahat.” Karena itu, pada peringatan 1000 hari setelah kematian, keluarga biasanya membuat cungkub, yaitu bangunan berbentuk rumah kecil yang didirikan di atas makam. Cungkub ini dianggap sebagai “rumah” bagi arwah agar tidak merasa kedinginan, sekaligus simbol penghormatan terakhir dari keluarga yang ditinggalkan.

Tradisi cungkub ini juga memperlihatkan eratnya hubungan kekeluargaan. Satu cungkub bisa menampung hingga sepuluh makam keluarga. Jika ada anggota keluarga yang meninggal di tempat berbeda, tulang belulang atau tanah dari makam asal akan dibawa dan disatukan di cungkub tersebut. Dengan begitu, mereka tetap “bersatu” dalam satu rumah meskipun telah tiada. Di dalam cungkub terdapat kijing (nisan), dan khusus di Logandu kijing ini harus dibuat dari kayu jati karena dipercaya sakral, kuat, dan lebih tahan lama dibandingkan kayu lainnya.

Hingga kini, salah satu cungkub terbesar adalah makam Mbah Saraita yang berada di bagian utara desa. Makam ini bukan hanya tempat peristirahatan, tetapi juga menjadi titik ziarah penting bagi masyarakat. Kehadirannya memperkuat identitas sejarah Logandu sebagai desa yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, penghormatan pada leluhur, serta keyakinan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Balai Desa, Logandu, Karanggayam, Kebumen.
Minggu, 17 Agustus 2025