Sejarah Logandu

Sumber: Mardiadi

Desa bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah ruang hidup yang menyimpan cerita, kenangan, dan warisan dari para leluhur. Begitulah Desa Logandu dikenal — bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kisah sejarah dan budaya yang terus dijaga turun-temurun.


Asal Usul Desa Logandu: Antara Legenda dan Fakta

Menurut cerita Pak Mardiadi, salah satu tokoh desa yang mendalami sejarah Logandu, asal-usul desa ini punya dua jalur cerita. Yang pertama adalah legenda kisah turun-temurun yang disampaikan dari mulut ke mulut, biasanya tanpa bukti tertulis. Yang kedua adalah sejarah nyata, yang bisa ditelusuri lewat cerita yang konsisten, pengakuan resmi, atau catatan dari pemerintah.

Sebelum abad ke-16, daerah Logandu belum menjadi desa seperti sekarang. Waktu itu, wilayah ini masih berupa pedukuhan tanpa nama yang jelas. Tapi lambat laun, warga mulai membentuk kehidupan yang lebih tertata. Puncaknya terjadi pada Rabu Kliwon, 21 Juli 1847, saat Logandu resmi diakui sebagai desa oleh pemerintah, tepatnya saat masa Bupati Arumbinang IV. Di hari itulah juga, kepala desa pertama ditunjuk langsung oleh sang bupati.


Cerita dari Ahad Wage: Menggali Sejarah Lewat Ingatan Warga

Yang menarik dari Logandu, sejarah desa ini digali bukan hanya dari buku atau dokumen, tapi juga dari cerita-cerita warga. Para sesepuh desa rutin berkumpul setiap Ahad Wage hari pasaran dalam penanggalan Jawa—untuk berbagi cerita tentang masa lalu. Dari diskusi ini muncul berbagai versi cerita, karena setiap orang punya ingatan yang berbeda-beda.

Untuk memperkuat cerita-cerita tersebut, para peneliti dan warga juga mendatangi tokoh-tokoh tua atau kasepuhan. Mereka menggunakan tiga cara dalam menggali sejarah:

  1. Cerita lisan dari generasi ke generasi,
  2. Kajian sejarah berdasarkan cerita yang lebih konsisten,
  3. Pendekatan metafisika, yaitu cara pandang yang melibatkan keyakinan spiritual dan kebatinan.

Lewat ketiga pendekatan ini, akhirnya disepakati bahwa Logandu “lahir” pada 21 Juli 1847, bersamaan dengan pengangkatan kepala desa pertama.


Kepercayaan Turun-Temurun dan Pemerintahan Desa

Ada satu keyakinan unik di masyarakat Logandu: kepala desa tidak akan berganti hingga tujuh turunan. Meskipun terdengar seperti mitos, ternyata dalam sejarahnya, hal ini cukup terbukti banyak kepala desa berasal dari garis keturunan yang sama.

Dulu, pusat pemerintahan desa berada di tempat yang sekarang dikenal sebagai SD Logandu 2. Dari sinilah aturan desa dibuat dan identitas sebagai warga Logandu mulai dibentuk.


Makna di Balik Nama “Logandu”

Nama “Logandu” berasal dari dua kata, yaitu: “Lo”, yang artinya pohon lo, dan “Gandu”, yang dalam bahasa lokal berarti batu. Sesuai namanya, desa ini memang kaya akan batu alam. Sungai-sungai di Logandu menghasilkan batu kali, batu taman, hingga batu akik yang sempat booming beberapa tahun lalu. Batu dari Logandu bahkan banyak dijual sampai ke Bali.

Namun sayangnya, pada suatu masa, kekayaan ini sempat dieksploitasi secara liar. Banyak batu digali tanpa izin, dan warga tidak mendapat manfaat apa-apa. Untungnya, kini wilayah Logandu sudah termasuk dalam kawasan lindung negara dan bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai kawasan penting yang harus dilestarikan. Ini tentu memberi harapan agar alam Logandu tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Balai Desa, Logandu, Karanggayam, Kebumen.
Minggu, 17 Agustus 2025